Presiden Indonesia pertama, IR.Soekarno ketika kecil diberi nama Koesno Sosrodiharjo oleh ayahnya.
Siapa yang tak kenal dengan Bapak IR.Soekarno, yang menjadi Presiden pertama Indonesia dan menjadi Bapak Proklamator kemerdaan negara Republik Indonesia bersama dengan Wakilnya Drs.Moh.Hatta.
Kelahiran IR.Soekarno
IR.Soekarno lahir pada tanggal 06 Juni 1901 di Surabaya, Jawa timur.
IR.Soekarno ketika lahir mempunyai nama Koesno Sosrodihardjo. Nama Koesno Sosrodiharjo diberikan oleh kedua orang tuanya, Namun sebab ketika kecil ia sering sakit-sakitan, hingga pada usianya memasuki 11 tahun, Nama Koesno Sosrodiharjo, oleh Ayahnya diganti menjadi Soekarno.
Nama Soekarno diambil ayahnya dari nama seorang panglima perang dalam dongeng Bharata Yudha yaitu Karna.
Orang renta IR.Soekarno
Ayah IR.Soekarno yang berjulukan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai.
Raden Soekemi Sosrodihardjo yaitu seorang guru.
Saat masih kecil, Soekarno tidak tinggal dengan kedua orang tuanya, Soekarno tinggal dengan Kakeknya yang berjulukan Raden Hardjokromo di Tulung Agung,Jawa Timur.
Pendidikan IR.Soekarno
Soekarno ketika masih kecil sempat bersekolah di Tulung Agung, namun sebab orang tuanya yang bekerja sebagai Guru, dipindah tugaskan ke kota Mojokerto, kemudian Soekarno pun ikut pindah ke Mojokerto dan melanjutkan sekolah disana.
Awalnya Soekarno masuk ke sekolah Eerste Inlandse School daerah ayahnya mengajar, kemudian sebab ingin melanjutkan pendidikan di sekolah Hogere Burger School (HBS), semoga gampang diterima masuk ke sekolah Hogere Burger School (HBS), oleh Ayahnya Soekarno dipindahkan ke sekolah Europeesche Lagere School (ELS), sekitar Juni 1911.
Akhirnya pada tahun 1915, Soekarno menuntaskan pendidikannya di sekolah Europeesche Lagere School (ELS), dan diterima masuk dan melanjutkan pendidikannya ke sekolah Hogere Burger School (HBS) di Surabaya, Jawa timur.
Ia sanggup diterima di sekolah HBS, tak lepas dari sumbangan seorang teman ayahnya yang berjulukan H.O.S. Tjokroaminoto, dan Soekarno juga tinggal di kediaman H.O.S.Tjokroamnoto.
Pada tahun 1921 bulan Juli, Soekarno menuntaskan pendidikannya di Hogere Burger School (HBS), dan melanjutkan pendidikan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng di Bandung (sekarang sekolah ini menjadi Institut Teknologi Bandung atau ITB) dengan mengambil jurusan teknik sipil.
Di Bandung Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi, teman dari H.O.S Tjokroaminoto. Saat itu Haji sanusi merupakan anggota Sarekat Islam. Disana Soekarno mulai mengenal Ki hajar Dewantara,Tjipto Mangunkusumo dan Dr.Douwes Dekker, yang mejabat sebagai pimpinan National Indische Partij.
Akhirnya Soekarno mendapat gelar Insinyur sesudah menuntaskan pendidikannya di Technische Hoogeschool te Bandoeng pada tahun 1926. Tepatnya tanggal 26 Mei 1926, Setelah ia dinyatakan lulus ujian Insinyur.
Soekarno mendapat gelar Dr.(H.C) IR.Soekarno.
Gelar Honoris Causa (H.C) / Gelar Kehormatan yaitu sebuah gelar kesarjanaan yang diberikan oleh suatu perguruan tinggi tinggi / universitas yang memenuhi syarat kepada seseorang, tanpa orang tersebut perlu untuk mengikuti dan lulus dari pendidikan yang sesuai untuk mendapat gelar kesarjanaannya tersebut. Gelar Honoris Causa sanggup diberikan kalau seseorang telah dianggap berjasa dan atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia.
Bangunan-bangunan hasil ajaran IR.Soekarno
Sebagai seorang Arsitek, IR.Soekarno banyak menawarkan hasil pemikiran, khusunya untuk pembangunan di kota Jakarta.
Beberapa bangunan penting yang menjadi hasil pemikirannya, adalah:
Isteri dan bawah umur IR.Soekarno
Oetari
IR.Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 kemudian berpisah pada tahun 1923.
Inggit Garnasih
IR.Soekarno menikahi Inggit Garnasih pada tahun 1923
Fatmawati
IR.Soekarnomenikahi Fatmawati pada tahun 1943, dari pernikahannya ini, mereka mendapat keturunan, yaitu :
Hartini
IR.Soekarno menikahi Hartini pada tahun 1952, dari pernikahannya ini, mereka mendapat keturunan, yaitu :
Taufan (1951 - 1981)
Bayu (1958)
Ratna
IR.Soekarno menikahi Ratna pada tahun 1962, mereka mendapat keturunan seorang putri, yaitu :
Kartika (1967)
Haryati
IR.Soekarno menikahi Haryati pada tahun 1963, mereka mendapat seorang putri, yang berjulukan :
Ayu
Yurike Sanger
IR.Soekarno menikahi Yurike Sanger pada tahun 1964
Kartini Manoppo
IR.Soekarno menikahi Kartini Manoppo, mendapat keturunan, yaitu :
Totok (1967)
Heldy Djafar
IR.Soekarno menikahi Heldy Djafar pada tahun 1966.
IR.Soekarno mulai terjun ke dunia Politik
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) di bandung, kemudian pada tahun 1927 menjadi Partai Nasiona Indonesia (PNI).
Karena kegiatan IR.Soekarno di PNI, menciptakan pihak Belanda tidak suka dan menangkap IR.Soekarno pada 29 Desember 1929 di yogyakarta, kemudian keesokannya IR.Soekarno dipindahkan ke kota Bandung, untuk dimasukkan ke penjara Banceuy.
Lalu, Pada tahun 1930 IR.Soekarno dipindahkan ke Sukamiskin dan diadili di pengadilan Landraad , kota Bandung tepatnya pada tanggal 18 Desember 1930. Saat di pengadilan, IR.Soekarno membacakan pledoinya yang fenomenal yaitu “Indonesia Menggugat”, sekitar satu IR.Soekarno dipenjara, hingga bebas pada 31 Desember 1931.
Setelah IR.Soekarno dibebaskan, Pada tahun 1932 ia bergabung dengan Partindo (Partai Indonesia) yang merupakan pecahan dari PNI. Tak usang sesudah bergabung dengan Partindo,IR.Soekarno kembali ditangkap oleh Belanda pada bulan Agustus 1933, ia kemudian diasingkan ke pulau Flores.
Pada tahun 1938 IR.Soekarno kembali diasingkan ke Bengkulu, hingga tahun 1942.
Pada masa penjajahan Jepang, para tokoh-tokoh penting di Indonesia menganggap Jepang yaitu teman Indonesia dengan gerakan 3A yang dibawaoleh Jepang ke Indonesia.
Pada masa penjajahan Jepang inilah , menjadi ketika dimana terbentuknya BPUPKI dan PPKI yang didalamnya aktif tokoh-tokoh Indonesia, menyerupai IR.Soekarno, Ki hajar Dewantar, K.H.Mas Mansyur dan beberapa tokoh lainnya.
Hingga pada 17 Agustus 1945, IR.Soekarno bersama dengan Drs.Moh.Hatta membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Ir.Soekarno sempat berpidato sebelum membacakan teks Proklamasi, yang menyatakan bahwa “meski bekerjsama kita bekerja sama dengan Jepang bekerjsama kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri”.
Saat menjadi Presiden Indonesia, IR.Soekarno beberapa kali mengalami percobaan pembunuhan, diantaranya :
IR.Soekarno beberapa kali selamat dari agresi percobaan pembunuhan
Pada 30 November 1957
Peristiwa ini disebut dengan Granat Cikini, ketika IR.Soekarno berkunjung ke Percik (Perguruan Cikini) daerah anak-anaknya bersekolah. Granat tiba-tiba meledak ditengah penyambutan kedatangan Presiden ke sekolah tersebut. Beberapa orang tewas akhir tragedi ini,namun IR.Soekarno dan anak-anaknya tetap selamat. Kejadian ini diduga dilakukan oleh gerakan teror DI/TII.
Pada 09 Maret 1960
Penembakan di Istana Presiden.
IR.Soekarno selamat dari agresi penembakan ini, Kejadian penembakan ini hanya mengenai meja kerja presiden di Istana, sedangkan ketika itu IR.Soekarno sedang memimpin rapat di sebelah gedung istana. Diduga pelakunya yaitu Letnan AU Maukar yang dipengaruhi oleh Permesta.
Pada April 1960
Pencegatan RajaMandala.
Pada ketika itu Presiden IR.Soekarno bersama dengan Perdana menteri Uni Soviet Nikita Kruchev yang sedang berkunjung ke Indonesia dihadang oleh kelompok DI/TII di jembatan RajaMandala, Jawa Barat.
Mereka selamat dari tragedi ini, dengan kesigapan pasukan pengawal Presiden.
Pada 07 Januari 1962
Granat Makassar
Pada 7 Januari 1962, Presiden Soekarno tengah berada di Makassar. Malam itu, ia akan menghadiri program di Gedung Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, ketika melewati jalan Cendrawasih, seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset, jatuh mengenai kendaraan beroda empat lain. Soekarno selamat. Pelakunya Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya divonis eksekusi mati.
Pada 14 Mei 1962
Penembakan Idul Adha
Bachrum sangat bahagia ketika berhasil mendapat posisi duduk pada saf depan dalam barisan jemaah salat Idul Adha di Masjid Baiturahim. Begitu melihat Soekarno, beliau mencabut pistol yang tersembunyi di balik jasnya, moncong kemudian diarahkan ke badan Soekarno. Dalam sepersekian detik ketika tersadar, arah pun melenceng, dan peluru meleset dari badan Soekarno, menyerempet Ketua dewan perwakilan rakyat GR KH Zainul Arifin. Haji Bachrum divonis eksekusi mati, namun kemudian beliau mendapat grasi.
Pada tahun 1960
Penembakan mortir Kahar Muzakar
Presiden Soekarno dalam kunjungan kerja ke Sulawesi. Saat berada dalam perjalanan keluar dari Lapangan Terbang Mandai, sebuah peluru mortir ditembakkan anak buah Kahar Muzakkar. Arahnya kendaraan Bung Karno, tetapi ternyata meleset jauh. Soekarno sekali lagi, selamat.
Pada Desember 1964
Granat Cimanggis
Presiden Soekarno dalam perjalanan dari Bogor menuju Jakarta. Rombongannya membentuk konvoi kendaraan. Dalam laju kendaraan yang perlahan, mata Soekarno sempat bersirobok dengan seorang lelaki tak dikenal di pinggir jalan. Perasaan Soekarno kurang nyaman. Benar saja, lelaki itu melemparkan sebuah granat ke arah kendaraan beroda empat presiden. Beruntung, jarak pelemparannya sudah di luar jangkauan kendaraan beroda empat yang melaju. Soekarno pun selamat.
Kematian IR.Soekarno
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun semenjak bulan Agustus 1965. Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.
Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan semoga ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi ia menolaknya dan lebih menentukan pengobatan tradisional.
Ia bertahan selama 5 tahun sebelum jadinya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik.
Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum dinyatakan wafat, investigasi rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan. Tidak usang kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati. Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:
1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia
3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga ketika meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta semoga dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto menentukan Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai daerah pemakaman Soekarno.
Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970. Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari sesudah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya. Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara. Pemerintah kemudian memutuskan masa berkabung selama tujuh hari.
Semoga dongeng perjalanan hidup IR.Soekarno ini, sanggup menawarkan pengetahuan dan ide kepada kita semua.
Berbagi ilmu pengetahuan umum
dikutip dari sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno
Siapa yang tak kenal dengan Bapak IR.Soekarno, yang menjadi Presiden pertama Indonesia dan menjadi Bapak Proklamator kemerdaan negara Republik Indonesia bersama dengan Wakilnya Drs.Moh.Hatta.
Dr (H.C).IR.H.Soekarno (1901 - 1970)
Ir. Soekarno |
Kelahiran IR.Soekarno
IR.Soekarno lahir pada tanggal 06 Juni 1901 di Surabaya, Jawa timur.
IR.Soekarno ketika lahir mempunyai nama Koesno Sosrodihardjo. Nama Koesno Sosrodiharjo diberikan oleh kedua orang tuanya, Namun sebab ketika kecil ia sering sakit-sakitan, hingga pada usianya memasuki 11 tahun, Nama Koesno Sosrodiharjo, oleh Ayahnya diganti menjadi Soekarno.
Nama Soekarno diambil ayahnya dari nama seorang panglima perang dalam dongeng Bharata Yudha yaitu Karna.
Orang renta IR.Soekarno
Ayah IR.Soekarno yang berjulukan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai.
Raden Soekemi Sosrodihardjo yaitu seorang guru.
Saat masih kecil, Soekarno tidak tinggal dengan kedua orang tuanya, Soekarno tinggal dengan Kakeknya yang berjulukan Raden Hardjokromo di Tulung Agung,Jawa Timur.
Pendidikan IR.Soekarno
Soekarno ketika masih kecil sempat bersekolah di Tulung Agung, namun sebab orang tuanya yang bekerja sebagai Guru, dipindah tugaskan ke kota Mojokerto, kemudian Soekarno pun ikut pindah ke Mojokerto dan melanjutkan sekolah disana.
Awalnya Soekarno masuk ke sekolah Eerste Inlandse School daerah ayahnya mengajar, kemudian sebab ingin melanjutkan pendidikan di sekolah Hogere Burger School (HBS), semoga gampang diterima masuk ke sekolah Hogere Burger School (HBS), oleh Ayahnya Soekarno dipindahkan ke sekolah Europeesche Lagere School (ELS), sekitar Juni 1911.
Akhirnya pada tahun 1915, Soekarno menuntaskan pendidikannya di sekolah Europeesche Lagere School (ELS), dan diterima masuk dan melanjutkan pendidikannya ke sekolah Hogere Burger School (HBS) di Surabaya, Jawa timur.
Ia sanggup diterima di sekolah HBS, tak lepas dari sumbangan seorang teman ayahnya yang berjulukan H.O.S. Tjokroaminoto, dan Soekarno juga tinggal di kediaman H.O.S.Tjokroamnoto.
Pada tahun 1921 bulan Juli, Soekarno menuntaskan pendidikannya di Hogere Burger School (HBS), dan melanjutkan pendidikan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng di Bandung (sekarang sekolah ini menjadi Institut Teknologi Bandung atau ITB) dengan mengambil jurusan teknik sipil.
Di Bandung Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi, teman dari H.O.S Tjokroaminoto. Saat itu Haji sanusi merupakan anggota Sarekat Islam. Disana Soekarno mulai mengenal Ki hajar Dewantara,Tjipto Mangunkusumo dan Dr.Douwes Dekker, yang mejabat sebagai pimpinan National Indische Partij.
Akhirnya Soekarno mendapat gelar Insinyur sesudah menuntaskan pendidikannya di Technische Hoogeschool te Bandoeng pada tahun 1926. Tepatnya tanggal 26 Mei 1926, Setelah ia dinyatakan lulus ujian Insinyur.
Soekarno mendapat gelar Dr.(H.C) IR.Soekarno.
Gelar Honoris Causa (H.C) / Gelar Kehormatan yaitu sebuah gelar kesarjanaan yang diberikan oleh suatu perguruan tinggi tinggi / universitas yang memenuhi syarat kepada seseorang, tanpa orang tersebut perlu untuk mengikuti dan lulus dari pendidikan yang sesuai untuk mendapat gelar kesarjanaannya tersebut. Gelar Honoris Causa sanggup diberikan kalau seseorang telah dianggap berjasa dan atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia.
Bangunan-bangunan hasil ajaran IR.Soekarno
Sebagai seorang Arsitek, IR.Soekarno banyak menawarkan hasil pemikiran, khusunya untuk pembangunan di kota Jakarta.
Beberapa bangunan penting yang menjadi hasil pemikirannya, adalah:
- Masjid Istiqlal, pada tahun 1951
- Monumen Nasional (Monas) , pada tahun 1960
- Gedung Canefo
- Gedung Sarinah
- Wisma Nusantara
- Hotel Indonesia pada tahun 1962
- Tugu Selamat Datang
- Monumen Pembebasan Irian Barat
- Patung Dirgantara
- Rancangan sketsa tata ruang kota Palangkaraya, pada tahun 1957
Isteri dan bawah umur IR.Soekarno
Oetari
IR.Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 kemudian berpisah pada tahun 1923.
Inggit Garnasih
IR.Soekarno menikahi Inggit Garnasih pada tahun 1923
Fatmawati
IR.Soekarnomenikahi Fatmawati pada tahun 1943, dari pernikahannya ini, mereka mendapat keturunan, yaitu :
- Guntur (1944)
- Megawati (1947)
- Rachmawati (1950)
- Sukmawati (1952)
- Guruh (1953)
Hartini
IR.Soekarno menikahi Hartini pada tahun 1952, dari pernikahannya ini, mereka mendapat keturunan, yaitu :
Taufan (1951 - 1981)
Bayu (1958)
Ratna
IR.Soekarno menikahi Ratna pada tahun 1962, mereka mendapat keturunan seorang putri, yaitu :
Kartika (1967)
Haryati
IR.Soekarno menikahi Haryati pada tahun 1963, mereka mendapat seorang putri, yang berjulukan :
Ayu
Yurike Sanger
IR.Soekarno menikahi Yurike Sanger pada tahun 1964
Kartini Manoppo
IR.Soekarno menikahi Kartini Manoppo, mendapat keturunan, yaitu :
Totok (1967)
Heldy Djafar
IR.Soekarno menikahi Heldy Djafar pada tahun 1966.
IR.Soekarno mulai terjun ke dunia Politik
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) di bandung, kemudian pada tahun 1927 menjadi Partai Nasiona Indonesia (PNI).
Karena kegiatan IR.Soekarno di PNI, menciptakan pihak Belanda tidak suka dan menangkap IR.Soekarno pada 29 Desember 1929 di yogyakarta, kemudian keesokannya IR.Soekarno dipindahkan ke kota Bandung, untuk dimasukkan ke penjara Banceuy.
Lalu, Pada tahun 1930 IR.Soekarno dipindahkan ke Sukamiskin dan diadili di pengadilan Landraad , kota Bandung tepatnya pada tanggal 18 Desember 1930. Saat di pengadilan, IR.Soekarno membacakan pledoinya yang fenomenal yaitu “Indonesia Menggugat”, sekitar satu IR.Soekarno dipenjara, hingga bebas pada 31 Desember 1931.
Setelah IR.Soekarno dibebaskan, Pada tahun 1932 ia bergabung dengan Partindo (Partai Indonesia) yang merupakan pecahan dari PNI. Tak usang sesudah bergabung dengan Partindo,IR.Soekarno kembali ditangkap oleh Belanda pada bulan Agustus 1933, ia kemudian diasingkan ke pulau Flores.
Pada tahun 1938 IR.Soekarno kembali diasingkan ke Bengkulu, hingga tahun 1942.
Pada masa penjajahan Jepang, para tokoh-tokoh penting di Indonesia menganggap Jepang yaitu teman Indonesia dengan gerakan 3A yang dibawaoleh Jepang ke Indonesia.
Pada masa penjajahan Jepang inilah , menjadi ketika dimana terbentuknya BPUPKI dan PPKI yang didalamnya aktif tokoh-tokoh Indonesia, menyerupai IR.Soekarno, Ki hajar Dewantar, K.H.Mas Mansyur dan beberapa tokoh lainnya.
Hingga pada 17 Agustus 1945, IR.Soekarno bersama dengan Drs.Moh.Hatta membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Ir.Soekarno sempat berpidato sebelum membacakan teks Proklamasi, yang menyatakan bahwa “meski bekerjsama kita bekerja sama dengan Jepang bekerjsama kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri”.
Saat menjadi Presiden Indonesia, IR.Soekarno beberapa kali mengalami percobaan pembunuhan, diantaranya :
IR.Soekarno beberapa kali selamat dari agresi percobaan pembunuhan
Pada 30 November 1957
Peristiwa ini disebut dengan Granat Cikini, ketika IR.Soekarno berkunjung ke Percik (Perguruan Cikini) daerah anak-anaknya bersekolah. Granat tiba-tiba meledak ditengah penyambutan kedatangan Presiden ke sekolah tersebut. Beberapa orang tewas akhir tragedi ini,namun IR.Soekarno dan anak-anaknya tetap selamat. Kejadian ini diduga dilakukan oleh gerakan teror DI/TII.
Pada 09 Maret 1960
Penembakan di Istana Presiden.
IR.Soekarno selamat dari agresi penembakan ini, Kejadian penembakan ini hanya mengenai meja kerja presiden di Istana, sedangkan ketika itu IR.Soekarno sedang memimpin rapat di sebelah gedung istana. Diduga pelakunya yaitu Letnan AU Maukar yang dipengaruhi oleh Permesta.
Pada April 1960
Pencegatan RajaMandala.
Pada ketika itu Presiden IR.Soekarno bersama dengan Perdana menteri Uni Soviet Nikita Kruchev yang sedang berkunjung ke Indonesia dihadang oleh kelompok DI/TII di jembatan RajaMandala, Jawa Barat.
Mereka selamat dari tragedi ini, dengan kesigapan pasukan pengawal Presiden.
Pada 07 Januari 1962
Granat Makassar
Pada 7 Januari 1962, Presiden Soekarno tengah berada di Makassar. Malam itu, ia akan menghadiri program di Gedung Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, ketika melewati jalan Cendrawasih, seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset, jatuh mengenai kendaraan beroda empat lain. Soekarno selamat. Pelakunya Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya divonis eksekusi mati.
Pada 14 Mei 1962
Penembakan Idul Adha
Bachrum sangat bahagia ketika berhasil mendapat posisi duduk pada saf depan dalam barisan jemaah salat Idul Adha di Masjid Baiturahim. Begitu melihat Soekarno, beliau mencabut pistol yang tersembunyi di balik jasnya, moncong kemudian diarahkan ke badan Soekarno. Dalam sepersekian detik ketika tersadar, arah pun melenceng, dan peluru meleset dari badan Soekarno, menyerempet Ketua dewan perwakilan rakyat GR KH Zainul Arifin. Haji Bachrum divonis eksekusi mati, namun kemudian beliau mendapat grasi.
Pada tahun 1960
Penembakan mortir Kahar Muzakar
Presiden Soekarno dalam kunjungan kerja ke Sulawesi. Saat berada dalam perjalanan keluar dari Lapangan Terbang Mandai, sebuah peluru mortir ditembakkan anak buah Kahar Muzakkar. Arahnya kendaraan Bung Karno, tetapi ternyata meleset jauh. Soekarno sekali lagi, selamat.
Pada Desember 1964
Granat Cimanggis
Presiden Soekarno dalam perjalanan dari Bogor menuju Jakarta. Rombongannya membentuk konvoi kendaraan. Dalam laju kendaraan yang perlahan, mata Soekarno sempat bersirobok dengan seorang lelaki tak dikenal di pinggir jalan. Perasaan Soekarno kurang nyaman. Benar saja, lelaki itu melemparkan sebuah granat ke arah kendaraan beroda empat presiden. Beruntung, jarak pelemparannya sudah di luar jangkauan kendaraan beroda empat yang melaju. Soekarno pun selamat.
Kematian IR.Soekarno
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun semenjak bulan Agustus 1965. Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.
Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan semoga ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi ia menolaknya dan lebih menentukan pengobatan tradisional.
Ia bertahan selama 5 tahun sebelum jadinya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik.
Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum dinyatakan wafat, investigasi rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan. Tidak usang kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati. Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:
1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia
3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga ketika meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta semoga dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto menentukan Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai daerah pemakaman Soekarno.
Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970. Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari sesudah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya. Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara. Pemerintah kemudian memutuskan masa berkabung selama tujuh hari.
Semoga dongeng perjalanan hidup IR.Soekarno ini, sanggup menawarkan pengetahuan dan ide kepada kita semua.
Berbagi ilmu pengetahuan umum
dikutip dari sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno